Selalu Nyaman dan Hemat Bersama AC Daikin
Dua kali ganti air conditioner (AC), dengan pengalaman buruk yang menyertainya, hampir membuat rumah saya bebas alat listrik yang satu ini. AC yang pertama cuma mirip kipas angin, hanya keluar angin tanpa ada hawa dingin sama sekali. AC yang kedua bunyi mesinnya keras, dan bikin mumet kalau habis bayar tagihan listrik.
Ya, hampir saja saya tak lagi memasang AC di rumah kalau saja mengabaikan Hanum, putri saya. Dia memang tak butuh kamar bagus layaknya milik Rapunzel. Namun syarat kamar agar dia bisa tertidur pulas baginya cuma dua: sejuk dan senyap.
Saya mesti memutar otak. Sebab memenuhi pulasnya tidur anak memang mudah. Tapi saya dan istri yang jadi tak pulas sebab memikirkan bengkaknya tagihan listrik. Dan mulailah pencarian AC setelah AC kedua sudah dipastikan tewas oleh tukang servis.
"Kalau AC ya Daikin," begitulah saran kakak ipar setelah saya meminta rekomendasi soal AC.
Untuk memastikan kalau kakak kandung dari istri saya itu tak termakan iklan, akhirnya mulailah saya searching di Google. Kata kunci "AC harga 3 jutaan" saya ketikkan di address bar. Mengapa "3 jutaan"? Sebab itulah budget yang saya punya setelah menjual beberapa barang. Ya itulah, demi anak.
Rata-rata AC dengan harga tiga jutaan rupiah memiliki kapasitas 0,5 PK dengan jenis non-inverter. Saya pun mesti mempertimbangkan AC yang bakal saya beli merupakan AC hemat energi. Jika tak begitu, meski harganya murah, saya tak mau tekor pada tagihan listrik.
Untuk menghitung biaya penggunaan AC di rumah, silakan tengok tarif dasar listrik masing-masing. Perhitungan saya jelaskan di bawah.
Saya melupakan sementara AC Daikin yang direkomendasi oleh kakak ipar itu. Sebab bisa jadi di luar sana, setelah saya mencari justru ketemu yang lebih baik. Akhirnya tanpa pikir panjang, saya datang ke toko elektronik langganan untuk bertanya langsung.
"Koh, AC yang bagus apa sih?" saya bertanya kepada kokoh pemilik toko elektronik di bilangan Jalan Suprapto, Indramayu. 'Kokoh' merupakan sebuah panggilan khas pada etnis Tionghoa.
"Kalau AC ya Daikin," jawab Kokoh, persis sama dengan jawaban kakak ipar.
"AC Daikin bisa cepat dingin, hemat, dan paling minim keluhannya dibanding AC lain. Merek ini paling laris disini," kata kokoh.
Dengan budget seadanya, saya membeli AC Daikin model FTNE15MV14 dengan kapasitas 0,5 PK. Katanya AC ini termasuk tipe non-inverter. Saya deg-degan, sebab tipe AC ini bakal memakan daya listrik lebih besar, meski harganya lebih murah dibandingkan tipe inverter.
Setahun berlalu.
Persoalan AC yang paling umum adalah kotor, sehingga wajib rutin dibersihkan paling tidak tiga bulan sekali. AC Daikin yang saya miliki sudah empat kali dibersihkan, dan alhamdulillah tak ada keluhan selama setahun ini. Selain cepat dingin, mesin AC pun tak menimbulkan suara yang bising.
Bagaimana dengan tagihan listriknya? Kalau dibandingkan dengan AC yang lama, setoran AC Daikin menyumbang 25-30 persenan saja dibandingkan dengan AC yang lama yang mencapai 40 hingga 50 persen. Persentase tersebut didasarkan pada hasil hitungan Watt Meter yang dihasilkan AC Daikin dari tukang servis yang sama saat mengurusi AC yang lama.
Hitung-hitungannya begini, berdasarkan data PLN saya tergolong R1/TR 1.300 VA, sehingga saya mesti membayar Rp.1.467,28/kWh. Sementara pemakaian daya maksimum AC Daikin ini 26 watt alias 0,26 kw. Jadi perhitungannya adalah 0,26 (kw) x 12 (jam) x 30 (hari) x Rp.1.467,28 = Rp.137.337,408 atau dibulatkan Rp.137.350,-. Sedangkan tagihan listrik di rumah saya biasanya berkisar Rp.500.000 hingga Rp.600.000, sebab saya memiliki usaha rumahan yang cukup menyedot daya listrik juga. Persentase tersebut menurut saya cukup hemat.
Kesimpulannya setelah satu tahun saya pakai, AC Daikin yang saya pakai mampu memberikan dua hal sekaligus. Pertama, kenyamanan bagi putri saya, sebab mesinnya tidak bising dan kedua mampu menghemat pengeluaran rumah tangga saya. Demikian, semoga bermanfaat.
Ya, hampir saja saya tak lagi memasang AC di rumah kalau saja mengabaikan Hanum, putri saya. Dia memang tak butuh kamar bagus layaknya milik Rapunzel. Namun syarat kamar agar dia bisa tertidur pulas baginya cuma dua: sejuk dan senyap.
Saya mesti memutar otak. Sebab memenuhi pulasnya tidur anak memang mudah. Tapi saya dan istri yang jadi tak pulas sebab memikirkan bengkaknya tagihan listrik. Dan mulailah pencarian AC setelah AC kedua sudah dipastikan tewas oleh tukang servis.
"Kalau AC ya Daikin," begitulah saran kakak ipar setelah saya meminta rekomendasi soal AC.
Untuk memastikan kalau kakak kandung dari istri saya itu tak termakan iklan, akhirnya mulailah saya searching di Google. Kata kunci "AC harga 3 jutaan" saya ketikkan di address bar. Mengapa "3 jutaan"? Sebab itulah budget yang saya punya setelah menjual beberapa barang. Ya itulah, demi anak.
Rata-rata AC dengan harga tiga jutaan rupiah memiliki kapasitas 0,5 PK dengan jenis non-inverter. Saya pun mesti mempertimbangkan AC yang bakal saya beli merupakan AC hemat energi. Jika tak begitu, meski harganya murah, saya tak mau tekor pada tagihan listrik.
Untuk menghitung biaya penggunaan AC di rumah, silakan tengok tarif dasar listrik masing-masing. Perhitungan saya jelaskan di bawah.
Saya melupakan sementara AC Daikin yang direkomendasi oleh kakak ipar itu. Sebab bisa jadi di luar sana, setelah saya mencari justru ketemu yang lebih baik. Akhirnya tanpa pikir panjang, saya datang ke toko elektronik langganan untuk bertanya langsung.
"Koh, AC yang bagus apa sih?" saya bertanya kepada kokoh pemilik toko elektronik di bilangan Jalan Suprapto, Indramayu. 'Kokoh' merupakan sebuah panggilan khas pada etnis Tionghoa.
"Kalau AC ya Daikin," jawab Kokoh, persis sama dengan jawaban kakak ipar.
"AC Daikin bisa cepat dingin, hemat, dan paling minim keluhannya dibanding AC lain. Merek ini paling laris disini," kata kokoh.
Inilah AC Daikin yang saya beli. |
Dengan budget seadanya, saya membeli AC Daikin model FTNE15MV14 dengan kapasitas 0,5 PK. Katanya AC ini termasuk tipe non-inverter. Saya deg-degan, sebab tipe AC ini bakal memakan daya listrik lebih besar, meski harganya lebih murah dibandingkan tipe inverter.
Setahun berlalu.
Persoalan AC yang paling umum adalah kotor, sehingga wajib rutin dibersihkan paling tidak tiga bulan sekali. AC Daikin yang saya miliki sudah empat kali dibersihkan, dan alhamdulillah tak ada keluhan selama setahun ini. Selain cepat dingin, mesin AC pun tak menimbulkan suara yang bising.
Bagaimana dengan tagihan listriknya? Kalau dibandingkan dengan AC yang lama, setoran AC Daikin menyumbang 25-30 persenan saja dibandingkan dengan AC yang lama yang mencapai 40 hingga 50 persen. Persentase tersebut didasarkan pada hasil hitungan Watt Meter yang dihasilkan AC Daikin dari tukang servis yang sama saat mengurusi AC yang lama.
Hitung-hitungannya begini, berdasarkan data PLN saya tergolong R1/TR 1.300 VA, sehingga saya mesti membayar Rp.1.467,28/kWh. Sementara pemakaian daya maksimum AC Daikin ini 26 watt alias 0,26 kw. Jadi perhitungannya adalah 0,26 (kw) x 12 (jam) x 30 (hari) x Rp.1.467,28 = Rp.137.337,408 atau dibulatkan Rp.137.350,-. Sedangkan tagihan listrik di rumah saya biasanya berkisar Rp.500.000 hingga Rp.600.000, sebab saya memiliki usaha rumahan yang cukup menyedot daya listrik juga. Persentase tersebut menurut saya cukup hemat.
Kesimpulannya setelah satu tahun saya pakai, AC Daikin yang saya pakai mampu memberikan dua hal sekaligus. Pertama, kenyamanan bagi putri saya, sebab mesinnya tidak bising dan kedua mampu menghemat pengeluaran rumah tangga saya. Demikian, semoga bermanfaat.
0 Response to "Selalu Nyaman dan Hemat Bersama AC Daikin"
Posting Komentar