Tiga Pelajaran dari Matinya Windows Mobile
Microsoft telah meniadakan Windows Mobile beberapa tahun belakangan ini. Alasannya sederhana, yakni pemakainya sedikit. Dalam hitungan BBC, Windows 10 Mobile saja dipakai hanya 0,03. Sementara menurut NetMarketShare, Windows Mobile hanya dipakai oleh 0,87 persen pengguna smartphone. Lini ini memang masih dikuasai Android dengan angka 65,53 persen, disusul kemudian oleh iOS di 32,34 persen.
Pilihan Microsoft memang ekonomis. Sebab apapun yang tak menghasilkan uang, selayaknya tak usah dilanjutkan. Meski begitu, tak perlu khawatir buat para pengguna ponsel berbasis Windows. Sebab menurut Joe Belfiore, ponsel tersebut bakal terus diberi dukungan keamanan dan perbaikan apabila ada bugs. Tapi tentu tak akan ada inovasi baru.
Orang yang memang memimpin tim di Microsoft untuk lini Windows Phone tersebut telah menjelaskan dalam rangkaian twit-nya. Joe menerangkan kalau Microsoft sebetulnya telah bersusah payah melakukan investasi untuk membuat aplikasi, mengeluarkan uang, dan tentu saja dibarengi dengan kerja keras siang-malam. Namun jumlah pengguna Windows Mobile tak kunjung naik siginifikan.
Fakta inilah yang kemudian terungkap, kalau pengguna komputer dan ponsel punya preferensi yang berbeda soal sistem operasi. Meskipun Windows dipakai oleh 90,61 persen (data NetMarketShare) pengguna komputer, namun hal tersebut tak berpengaruh ketika jumlah pengguna tersebut menggunakan ponsel. Kebanyakan dari mereka tetap memilih Android.
Jadi kalau ada yang ngotot bilang kalau Microsoft Windows Mobile masih ada, ya memang masih ada. Tapi Microsoft tak akan membuat ponsel lagi yang berbasis Windows. Kalau boleh diistilahkan, sistem operasi ini mengalami diskontinu. Dan Microsoft telah mengumumkannya secara resmi pada bulan ini.
Kedigdayaan yang belum bisa ditundukkan
Alhasil, demi melanjutkan operasinya di ranah mobile, Microsoft pada akhirnya mengembangkan aplikasi di Android dan iOS. Sejak awal sudah ada Office Mobile, dan kini Microsoft Edge versi Mobile, kemudian ada lagi Microsoft Launcher for Android. Dan masih banyak lagi aplikasi milik Microsoft yang menyesuaikan dengan pasar demi bertahannya mereka di ranah mobile.
Meski data Bloomberg masih mengukuhkan Bill Gates di posisi pertama orang terkaya di dunia dengan $86,8 miliar, namun untuk nilai perusahaan, Microsoft harus rela berada di posisi ketiga. Dan dua perusahaan yang mengangkangi Microsoft tentu dua perusahaan yang produknya mengangkangi Windows Phone. Yup, Apple berada di posisi pertama dan Alphabet berada di posisi kedua. Buat yang belum tahu, Alphabet merupakan perusahaan induk dari Google.
Microsoft mau tak mau harus merelakan posisi-posisi tersebut pada dua pesaingnya di ranah teknologi itu. Dan tentu beberapa langkah bisnis yang dijalankan oleh Microsoft setidaknya meninggalkan beberapa pelajaran (bisnis) buat kita semua. Dan inilah tiga diantaranya.
1. Produk yang sukses di satu platform, belum tentu sukses di platform yang lainnya.
Windows yang menjadi raja desktop, ternyata tak berkutik ketika berhadapan dengan dinamika mobile. Perbedaan platform semacam ini mengakibatkan perbedaan preferensi pengguna. Sebab konsumen ternyata memiliki preferensinya tersendiri dalam memakai sebuah produk.
Salah satu contoh, ketika sebuah novel begitu laris di toko buku. Ternyata ketika novel itu difilmkan, produsernya menangguk rugi sebab film tersebut sepi penonton. Namun Harry Potter menjadi pengecualian. Novel ini sukses di versi cetak maupun film.
2. Kalau melawan 'raksasa' yang belum terkalahkan, luncurkan 'prajurit-prajurit' yang kecil dan nyaris tak terlihat.
Microsoft pada sisi desktop memang raksasa, tapi ketika sifat raksasa ini dipakai dalam industri mobile ternyata takluk oleh raksasa lain. Bendera putih dari Microsoft akhirnya berkibar. Namun perang tentu saja belum berakhir. Microsoft akhirnya meluncurkan prajurit-prajurit kecilnya berupa aplikasi Android itu, untuk tetap bertahan dan mungkin pada masanya akan kembali membangkitkan raksasa yang pernah mati.
3. Inovasi yang bertopang pada kebutuhan konsumen akan memenangkan persaingan.
Ada yang pernah memakai Windows Mobile awal kali hadir? Kalau pernah, tentu memahami mengapa sistem operasi ini takluk oleh Android dan iOS. Sebab pada saat itu Microsoft seolah hanya memindahkan Windows dari desktop ke mobile. Sehingga tombol-tombol yang kecil itu begitu susah beradaptasi dengan layar sentuh ponsel. Microsoft kemudian menyadari kekeliruan ini, sehingga meluncurlah perombakan tampilan yang bisa terlihat di Windows 8.
Perombakan tampilan itu terlambat. Sebab Android sudah melakukan penetrasi terlampau jauh yang sulit dikejar, bahkan oleh iOS sekalipun. Pengguna sudah nyaman dengan Android, dan sepertinya ogah melirik yang lain. Iya lah, siapapun kalau sedang nyaman, tentu sukar berpindah ke lain hati. Betul?
Pilihan Microsoft memang ekonomis. Sebab apapun yang tak menghasilkan uang, selayaknya tak usah dilanjutkan. Meski begitu, tak perlu khawatir buat para pengguna ponsel berbasis Windows. Sebab menurut Joe Belfiore, ponsel tersebut bakal terus diberi dukungan keamanan dan perbaikan apabila ada bugs. Tapi tentu tak akan ada inovasi baru.
Orang yang memang memimpin tim di Microsoft untuk lini Windows Phone tersebut telah menjelaskan dalam rangkaian twit-nya. Joe menerangkan kalau Microsoft sebetulnya telah bersusah payah melakukan investasi untuk membuat aplikasi, mengeluarkan uang, dan tentu saja dibarengi dengan kerja keras siang-malam. Namun jumlah pengguna Windows Mobile tak kunjung naik siginifikan.
Fakta inilah yang kemudian terungkap, kalau pengguna komputer dan ponsel punya preferensi yang berbeda soal sistem operasi. Meskipun Windows dipakai oleh 90,61 persen (data NetMarketShare) pengguna komputer, namun hal tersebut tak berpengaruh ketika jumlah pengguna tersebut menggunakan ponsel. Kebanyakan dari mereka tetap memilih Android.
Jadi kalau ada yang ngotot bilang kalau Microsoft Windows Mobile masih ada, ya memang masih ada. Tapi Microsoft tak akan membuat ponsel lagi yang berbasis Windows. Kalau boleh diistilahkan, sistem operasi ini mengalami diskontinu. Dan Microsoft telah mengumumkannya secara resmi pada bulan ini.
Kedigdayaan yang belum bisa ditundukkan
Alhasil, demi melanjutkan operasinya di ranah mobile, Microsoft pada akhirnya mengembangkan aplikasi di Android dan iOS. Sejak awal sudah ada Office Mobile, dan kini Microsoft Edge versi Mobile, kemudian ada lagi Microsoft Launcher for Android. Dan masih banyak lagi aplikasi milik Microsoft yang menyesuaikan dengan pasar demi bertahannya mereka di ranah mobile.
Meski data Bloomberg masih mengukuhkan Bill Gates di posisi pertama orang terkaya di dunia dengan $86,8 miliar, namun untuk nilai perusahaan, Microsoft harus rela berada di posisi ketiga. Dan dua perusahaan yang mengangkangi Microsoft tentu dua perusahaan yang produknya mengangkangi Windows Phone. Yup, Apple berada di posisi pertama dan Alphabet berada di posisi kedua. Buat yang belum tahu, Alphabet merupakan perusahaan induk dari Google.
Microsoft mau tak mau harus merelakan posisi-posisi tersebut pada dua pesaingnya di ranah teknologi itu. Dan tentu beberapa langkah bisnis yang dijalankan oleh Microsoft setidaknya meninggalkan beberapa pelajaran (bisnis) buat kita semua. Dan inilah tiga diantaranya.
1. Produk yang sukses di satu platform, belum tentu sukses di platform yang lainnya.
Windows yang menjadi raja desktop, ternyata tak berkutik ketika berhadapan dengan dinamika mobile. Perbedaan platform semacam ini mengakibatkan perbedaan preferensi pengguna. Sebab konsumen ternyata memiliki preferensinya tersendiri dalam memakai sebuah produk.
Salah satu contoh, ketika sebuah novel begitu laris di toko buku. Ternyata ketika novel itu difilmkan, produsernya menangguk rugi sebab film tersebut sepi penonton. Namun Harry Potter menjadi pengecualian. Novel ini sukses di versi cetak maupun film.
2. Kalau melawan 'raksasa' yang belum terkalahkan, luncurkan 'prajurit-prajurit' yang kecil dan nyaris tak terlihat.
Microsoft pada sisi desktop memang raksasa, tapi ketika sifat raksasa ini dipakai dalam industri mobile ternyata takluk oleh raksasa lain. Bendera putih dari Microsoft akhirnya berkibar. Namun perang tentu saja belum berakhir. Microsoft akhirnya meluncurkan prajurit-prajurit kecilnya berupa aplikasi Android itu, untuk tetap bertahan dan mungkin pada masanya akan kembali membangkitkan raksasa yang pernah mati.
3. Inovasi yang bertopang pada kebutuhan konsumen akan memenangkan persaingan.
Ada yang pernah memakai Windows Mobile awal kali hadir? Kalau pernah, tentu memahami mengapa sistem operasi ini takluk oleh Android dan iOS. Sebab pada saat itu Microsoft seolah hanya memindahkan Windows dari desktop ke mobile. Sehingga tombol-tombol yang kecil itu begitu susah beradaptasi dengan layar sentuh ponsel. Microsoft kemudian menyadari kekeliruan ini, sehingga meluncurlah perombakan tampilan yang bisa terlihat di Windows 8.
Perombakan tampilan itu terlambat. Sebab Android sudah melakukan penetrasi terlampau jauh yang sulit dikejar, bahkan oleh iOS sekalipun. Pengguna sudah nyaman dengan Android, dan sepertinya ogah melirik yang lain. Iya lah, siapapun kalau sedang nyaman, tentu sukar berpindah ke lain hati. Betul?
0 Response to "Tiga Pelajaran dari Matinya Windows Mobile"
Posting Komentar