Mi TV 4A, Televisi Pintar Pertama Xiaomi di Indonesia
Asian Games 2018 telah berakhir. Itu berarti, televisi bakal kembali ke habitatnya seperti semula. Acara sinetron, gosip, komedi slapstick, dan produk jurnalistik yang berat sebelah bakal memenuhi layar kaca lagi.
Ajang empat tahunan itu memang tak bisa dibandingkan dengan tayangan televisi biasa. Tayangantelanjang dada prestasi Jonatan Christie di cabang bulutangkis memang tak bisa disepadankan dengan sinetron berjudul ‘Anakku Anak Suamiku, Tapi Bukan Anakku’ dan semacamnya. Tapi seharusnya penonton televisi berhak memilih tayangan yang menurutnya baik.
Sialnya model hiburan televisi kerap saling mengimitasi antara stasiun televisi satu dengan yang lain. Sehingga penonton tak memiliki banyak pilihan terhadap keberadaan acara tersebut. Dalam banyak kasus, televisi akhirnya difungsikan sebagai pengobat sepi di ruang tunggu klinik maupun pengusir kantuk di kala jadwal ronda.
Apalagi setelah penetrasi smartphone yang semakin gila-gilaan dan koneksi internet yang terus berkembang. Televisi akhirnya kehilangan pamor. Hidupnya bak kerakap tumbuh di batu. Hidup tak berkembang, namun tak jua tumbang.
Pada acara-acara penting di televisi, yang dulu pernah dinikmati dengan khusyuk, sekarang tidak lagi. Sebagai contoh event Asian Games kemarin. Lini masa Twitter maupun beranda Facebook, kerap menggambarkan hal yang sama. Beberapa kata kunci pun kerap menjadi trending topic.
Apa yang bisa kita simpulkan dari sini? Ya, penonton televisi, khususnya di Indonesia, tidak pernah melepaskan tangannya dari smartphone meskipun acara televisi itu penting pake banget. Mereka ingin menjadi orang pertama yang memberi kabar di media sosial, menganalisisnya, dan saling berinteraksi atas kabar tersebut dengan jejaringnya masing-masing.
Jika anda tidak menyimpulkan hal demikian, ya tidak masalah. Tetapi kesimpulan tersebut justru dipakai oleh tim riset Xiaomi untuk meyakinkan divisi pemasarannya agar memasukkan televisi pintar ke Indonesia.
Maka masuklah Xiaomi Mi TV 4A 32” ke Indonesia pada Rabu (5/9/2018) lalu. Televisi pintar ini dikenalkan bersamaan dengan Redmi 6 dan Redmi 6A yang merupakan penerus dari Redmi 5A. Meski secara global telah dikenalkan pada tahun kemarin, namun Mi TV merupakan televisi pintar milik Xiaomi yang pertama di Indonesia.
Xiaomi memang piawai dalam hal demikian. Ia melakukan filter terhadap barang mana yang semestinya diproduksi untuk regional tertentu, dan mana yang semestinya tidak. Dan melakukan rekayasa soal kapan masuknya. Metode ini menyebabkan sampai hari ini mereka pun belum memasukkan flagship-nya ke Indonesia. Mungkin.
Loh, bukannya Pocophone F1 itu flagship? Iya, tapi flagship chipset-nya doang.
Tidak masuknya flagship ini pun biasanya berdasarkan kesimpulan riset. Di India, menurut Business Today, Xiaomi mengkhawatirkan ponsel flagship-nya terlalu mahal. Hal yang sama bisa saja terjadi dan menjadi alasan mengapa Xiaomi tak kunjung memasukkan flagship-nya ke tanah air. India dan Indonesia dipandang memiliki kemiripan satu sama lain dalam kacamata Xiaomi. Sama-sama kere?
Lain smartphone flagship, lain pula televisi pintar. Banyak yang bilang harga yang ditawarkan untuk televisi ini sangat affordable, khas Xiaomi lah. Inilah mungkin kode huruf A yang nyempil setelah angka 4 pada Mi TV 4A. Ya, A untuk Affordable.
Harga yang cukup affordable inilah kemudian yang membuat Xiaomi berani memasukkan Mi TV ini. Sebab dari daftar komparasi harga televisi pintar yang sudah ada, Mi TV menduduki posisi harga terendah untuk spesifikasi serupa.
Tapi bukankah setiap seri televisi dari beragam merek punya keunikan sendiri yang membuatnya kadang tidak apple to apple kalau dibandingkan? Makanya lebih baik mencari kesamaan dari deretan televisi tadi. Apa yang membuatnya, paling tidak bisa sedikit saja, bisa membuat penonton televisi menaruh smartphone-nya saat menonton? Jawabannya adalah konten yang bejibun banyaknya.
Mi TV 4A sendiri membekali diri dengan 700.000 jam konten yang terdiri dari beragam genre yang bisa dinikmati penggunanya. Konten itu berasal dari 12 penyedia layanan video-on-demand (VOD) lokal dan global, seperti Hooq, Catchplay, dan Iflix. Waduh, kalau satu judul konten saja durasinya 1,5 jam, maka sudah ada 470.000-an konten. Konten sebanyak itu, bagaimana mencarinya?
Mi TV ini dilengkapi dengan desain antarmuka Xiaomi PatchWall yang memang dirancang untuk memudahkan pencarian konten. Kalau masih merasa repot dengan ketak-ketik, anda tinggal mengambil remote dan mengaktifkan fitur Google Voice Search, lalu menyebutkan judul kontennya saja. Ya memang semudah itu, namanya juga tipi pinter.
Remote yang dimaksud pun bukan smartphone Xiaomi yang memiliki IR blaster, tapi ini remote betulan. Istimewanya remote ini adalah tombolnya yang sederhana dan cuma berjumlah 12 biji. Jadi tidak dipusingkan dengan salah pilih tombol karena terlalu banyak. Untuk pengoperasian Google Voice Search tadi, remote ini memakai bluetooth untuk mengoneksikannya ke televisi.
Selain fitur pencarian tersebut, secara umum Mi TV 4A menggunakan Android TV yang memungkinkan pengguna juga bisa menginstal game dari Play Store, menonton Youtube, serta menonton konten lainnya dengan Chromecast yang sudah built-in. Lumayan komplit sih emang. Tapi kalau melihat dapur pacunya, ya jangan berharap bisa main PUBG apalagi Fortnite secara langsung.
Dari sisi dapur pacu, Mi TV 4A dibekali dengan chipset Amlogic Cortex A53 quad-core dengan arsitektur 64 bit, dengan dukungan grafis Mali-450. Chipset ini didukung oleh RAM 1 GB dan memori internal 8 GB eMMC.
Hari gini, masih pake RAM 1 GB dan memori 8 GB? Eh, mas, ngapunten ini cuma tipi.
Dari sisi tampilan, Mi TV 4A memakai panel HD LED beresolusi 1366x768p dengan bentang layar 32 inci. Bezelnya tipis, cuma 12 mm dengan kedalaman 10 mm. Bezel ini terbuat dari plastik yang sama dengan bodi belakangnya.
Di bagian belakang, ada tiga lubang HDMI, dua lubang USB 2.0, lubang kabel Ethernet, jack input audio, lubang earphone, serta lubang antena. Untuk koneksi wireless, televisi ini mendukung Wi-Fi dan Bluetooth 4.2.
Sekali lagi, Xiaomi membanderol televisi ini dengan harga yang cukup affordable. Ini bahasa halus dari murah meski enggak pake banget. Harganya Rp2 juta dapat kembalian seribu perak. Harga yang disebut-sebut merusak harga pasar televisi pintar, sebab merek lain dibanderol jauh diatasnya, padahal spesifikasinya serupa.
Mi TV 4A bakal hadir pada 20 September 2018 di situs mi.com dan tanggal 29 September 2018 di Authorized Mi Store. Sementara buat yang melakukan pemesanan, pre-order-nya sudah dibuka sehari setelah acara launching.
Apakah bakal menjadi televisi gaib? Sebab price-to-spec-nya yang menggiurkan. Bisa jadi begitu. Tapi beginilah cara jualan Xiaomi, dari mulai smartphone dan kini televisi, Xiaomi selalu memberikan harga yangmurah sebetulnya. Sebetulnya apa? Sebetulnya mengandung iklan. He-he-he. Apakah sistem operasi PatchWall itupun bakal ditaruh iklan? Nah, itu yang belum dijelaskan Xiaomi. Mudah-mudahan tidak.
Ajang empat tahunan itu memang tak bisa dibandingkan dengan tayangan televisi biasa. Tayangan
Sialnya model hiburan televisi kerap saling mengimitasi antara stasiun televisi satu dengan yang lain. Sehingga penonton tak memiliki banyak pilihan terhadap keberadaan acara tersebut. Dalam banyak kasus, televisi akhirnya difungsikan sebagai pengobat sepi di ruang tunggu klinik maupun pengusir kantuk di kala jadwal ronda.
Apalagi setelah penetrasi smartphone yang semakin gila-gilaan dan koneksi internet yang terus berkembang. Televisi akhirnya kehilangan pamor. Hidupnya bak kerakap tumbuh di batu. Hidup tak berkembang, namun tak jua tumbang.
Pada acara-acara penting di televisi, yang dulu pernah dinikmati dengan khusyuk, sekarang tidak lagi. Sebagai contoh event Asian Games kemarin. Lini masa Twitter maupun beranda Facebook, kerap menggambarkan hal yang sama. Beberapa kata kunci pun kerap menjadi trending topic.
Apa yang bisa kita simpulkan dari sini? Ya, penonton televisi, khususnya di Indonesia, tidak pernah melepaskan tangannya dari smartphone meskipun acara televisi itu penting pake banget. Mereka ingin menjadi orang pertama yang memberi kabar di media sosial, menganalisisnya, dan saling berinteraksi atas kabar tersebut dengan jejaringnya masing-masing.
Jika anda tidak menyimpulkan hal demikian, ya tidak masalah. Tetapi kesimpulan tersebut justru dipakai oleh tim riset Xiaomi untuk meyakinkan divisi pemasarannya agar memasukkan televisi pintar ke Indonesia.
Maka masuklah Xiaomi Mi TV 4A 32” ke Indonesia pada Rabu (5/9/2018) lalu. Televisi pintar ini dikenalkan bersamaan dengan Redmi 6 dan Redmi 6A yang merupakan penerus dari Redmi 5A. Meski secara global telah dikenalkan pada tahun kemarin, namun Mi TV merupakan televisi pintar milik Xiaomi yang pertama di Indonesia.
Xiaomi memang piawai dalam hal demikian. Ia melakukan filter terhadap barang mana yang semestinya diproduksi untuk regional tertentu, dan mana yang semestinya tidak. Dan melakukan rekayasa soal kapan masuknya. Metode ini menyebabkan sampai hari ini mereka pun belum memasukkan flagship-nya ke Indonesia. Mungkin.
Loh, bukannya Pocophone F1 itu flagship? Iya, tapi flagship chipset-nya doang.
Tidak masuknya flagship ini pun biasanya berdasarkan kesimpulan riset. Di India, menurut Business Today, Xiaomi mengkhawatirkan ponsel flagship-nya terlalu mahal. Hal yang sama bisa saja terjadi dan menjadi alasan mengapa Xiaomi tak kunjung memasukkan flagship-nya ke tanah air. India dan Indonesia dipandang memiliki kemiripan satu sama lain dalam kacamata Xiaomi. Sama-sama kere?
Lain smartphone flagship, lain pula televisi pintar. Banyak yang bilang harga yang ditawarkan untuk televisi ini sangat affordable, khas Xiaomi lah. Inilah mungkin kode huruf A yang nyempil setelah angka 4 pada Mi TV 4A. Ya, A untuk Affordable.
Harga yang cukup affordable inilah kemudian yang membuat Xiaomi berani memasukkan Mi TV ini. Sebab dari daftar komparasi harga televisi pintar yang sudah ada, Mi TV menduduki posisi harga terendah untuk spesifikasi serupa.
Tapi bukankah setiap seri televisi dari beragam merek punya keunikan sendiri yang membuatnya kadang tidak apple to apple kalau dibandingkan? Makanya lebih baik mencari kesamaan dari deretan televisi tadi. Apa yang membuatnya, paling tidak bisa sedikit saja, bisa membuat penonton televisi menaruh smartphone-nya saat menonton? Jawabannya adalah konten yang bejibun banyaknya.
Mi TV 4A sendiri membekali diri dengan 700.000 jam konten yang terdiri dari beragam genre yang bisa dinikmati penggunanya. Konten itu berasal dari 12 penyedia layanan video-on-demand (VOD) lokal dan global, seperti Hooq, Catchplay, dan Iflix. Waduh, kalau satu judul konten saja durasinya 1,5 jam, maka sudah ada 470.000-an konten. Konten sebanyak itu, bagaimana mencarinya?
Mi TV ini dilengkapi dengan desain antarmuka Xiaomi PatchWall yang memang dirancang untuk memudahkan pencarian konten. Kalau masih merasa repot dengan ketak-ketik, anda tinggal mengambil remote dan mengaktifkan fitur Google Voice Search, lalu menyebutkan judul kontennya saja. Ya memang semudah itu, namanya juga tipi pinter.
Remote yang dimaksud pun bukan smartphone Xiaomi yang memiliki IR blaster, tapi ini remote betulan. Istimewanya remote ini adalah tombolnya yang sederhana dan cuma berjumlah 12 biji. Jadi tidak dipusingkan dengan salah pilih tombol karena terlalu banyak. Untuk pengoperasian Google Voice Search tadi, remote ini memakai bluetooth untuk mengoneksikannya ke televisi.
Selain fitur pencarian tersebut, secara umum Mi TV 4A menggunakan Android TV yang memungkinkan pengguna juga bisa menginstal game dari Play Store, menonton Youtube, serta menonton konten lainnya dengan Chromecast yang sudah built-in. Lumayan komplit sih emang. Tapi kalau melihat dapur pacunya, ya jangan berharap bisa main PUBG apalagi Fortnite secara langsung.
Dari sisi dapur pacu, Mi TV 4A dibekali dengan chipset Amlogic Cortex A53 quad-core dengan arsitektur 64 bit, dengan dukungan grafis Mali-450. Chipset ini didukung oleh RAM 1 GB dan memori internal 8 GB eMMC.
Hari gini, masih pake RAM 1 GB dan memori 8 GB? Eh, mas, ngapunten ini cuma tipi.
Dari sisi tampilan, Mi TV 4A memakai panel HD LED beresolusi 1366x768p dengan bentang layar 32 inci. Bezelnya tipis, cuma 12 mm dengan kedalaman 10 mm. Bezel ini terbuat dari plastik yang sama dengan bodi belakangnya.
Di bagian belakang, ada tiga lubang HDMI, dua lubang USB 2.0, lubang kabel Ethernet, jack input audio, lubang earphone, serta lubang antena. Untuk koneksi wireless, televisi ini mendukung Wi-Fi dan Bluetooth 4.2.
Sekali lagi, Xiaomi membanderol televisi ini dengan harga yang cukup affordable. Ini bahasa halus dari murah meski enggak pake banget. Harganya Rp2 juta dapat kembalian seribu perak. Harga yang disebut-sebut merusak harga pasar televisi pintar, sebab merek lain dibanderol jauh diatasnya, padahal spesifikasinya serupa.
Mi TV 4A bakal hadir pada 20 September 2018 di situs mi.com dan tanggal 29 September 2018 di Authorized Mi Store. Sementara buat yang melakukan pemesanan, pre-order-nya sudah dibuka sehari setelah acara launching.
Apakah bakal menjadi televisi gaib? Sebab price-to-spec-nya yang menggiurkan. Bisa jadi begitu. Tapi beginilah cara jualan Xiaomi, dari mulai smartphone dan kini televisi, Xiaomi selalu memberikan harga yang
0 Response to "Mi TV 4A, Televisi Pintar Pertama Xiaomi di Indonesia"
Posting Komentar